KENANGANKU TENTANG SIMBOK

Simbok adalah pejuang bagi keluarga Dalam keadaan sulit, Simbok tetap melangkahkan kaki kehidupan dengan semangat dan gembira Simbok tidak pernah Nggresulo atau mengeluh tentang kerhidupan

TRAH MBAH TANU

Mbahkung Sito

Salah satu kenangan di sekitar tahun 50an hingga 60an, waktu aku masih SD. Kalau daerah ngarai (daerah dataran rendah: red), di daerah Ngawen, Sukorini… musim panen padi pada bulan juni – Agustus… Simbok membawa dagangan.. biasanya gori, kates, kimpul, ketela.. untuk ditukarkan dengan padi.

Saya dengan adik, Sukasto dan Paskalis, sehabis sekolah sampai rumah kemudian makan. Sering jemput Simbok dari pasar, kadang-kadang sampai Mbolo, atau Nglowah (utara Mbolo). Kalau sudah ketemu merasa sangat senang……

Saya waktu itu tidak pernah berfikir Apakah Simbok sudah makan dan minum atau belum? Padahal perginya seharian penuh, dari pagi hingga lebih jam 4 sore.

Saya tau bahwa simbok tidak pernah bawa bekal apapun maupun uang. Saya pastikan Simbok belum makan. Simbok kelihatan berjalan dengan gembira tidak menunjukkan kelelahan ataupun kelaparan. Padahal, menukarkan dagangannya, Simbok harus berjalan kesana kemari.

Hasil pendapatan padi disimpan dalam genthong besar sampai 3-4 genthong. Cadangan pangan waktu paceklik. Pada bulan Agustus – Januari tidak ada panenan apapun….

Beberapa pelajaran yang biasa diambil, antara lain:

Simbok adalah pejuang bagi keluarga

Dalam keadaan sulit, Simbok tetap melangkahkan kaki kehidupan dengan semangat dan gembira

Simbok tidak pernah Nggresulo atau mengeluh tentang kerhidupan

Penulis: mbahkung_Sito