SUATU MALAM DI BETHLEHEM
YESUS MARIA YOSEF DAN PARA GEMBALA
CERPEN


SUATU MALAM DI BETHLEHEM
Br. B. Sukasta,MTB
(Sebuah Renungan pribadi)
Pendahuluan
Kisah kelahiran Yesus, diawali dengan masa Adven (penantian), selama 4 minggu. Empat lilin menandai persiapan kelahiran Yesus. Mulai dari kabar dari Malaekat kepada Maria, bahwa ia akan mengandung atas kuasa Roh Kudus. Sampai kepada kunjungan Maria kepada Elisabeth, dua sahabat yang diberkati Tuhan. Namun keduanya mengalami hal yang dalam pandangan manusia sebagai sesuatu yang ‘Tidak normal’, manusia/kita menganggapnya sebagai hal ‘mustahil’ dan sebagian dari kita menyebutnya ‘tidak patut’, bahkan ‘menyedihkan”, Maria yang masih murni, mengadung tanpa suami, Elisabeth mengandung pada masa sepuh/tua. Belum lagi Zakaria yang harus menanggung ‘malu’, dan menjadi ‘bisu’ selama istrinya mengandung.
Pengorbanan Maria, Elisabeth dan Zakaria serta para sahabat, handai taulan dan saudara-saudara mereka, mewarnai persiapan lahirnya ‘Penyelamat’ kita semua. belum termasuk Yosef, yang dengan sukarela dan kesediaannya yang besar kepada ‘Tuhan’ berani meninggalkan kesenangan, hoby dan kebebasannya, untuk mendampingi Maria, sejak Maria mengandung, melahirkan dan membesarkan bayi Yesus.
Ke Bethlehem
Gereja, melalui KWI dan PGI, mengajak agar kita pergi ke Betlehem.
Sebuah kota yang pada masa itu; kecil dan sepi. Terletak di Tepi Barat Palestina, kl. 10 km di Selatan Yerusalem.
Setelah melalui ‘drama perjalanan’ jauh, melelahkan, haus dan lapar serta penolakan dari orang-orang yang ditemuinya selama perjalanan; Yosef dan Maria berhenti di tempat peristirahatan ternak; kambing, domba, dan sapi. Mereka berdua tidak dapat meneruskan perjalanannya karena sudah malam dan terutama karena Lelah. Pemilik ternak pulang ke pondok mereka masing-masing untuk tidur. Tempat itu telah sepi karena ternak-ternak juga sudah tidur. Pada malam yang sepi itu Maria ‘melahirkan’, sendiri, tanpa bidan, atau persediaan kain-kain dan air; sebagaimana seseorang yang akan melahirkan. Di dekat Maria hanya ada Yosef yang bingung, dan sedih serta ternak yang terusik istirahatnya oleh suara berisik dari kedua tamu yang tak dikenalnya itu. Apa saja dilakukan oleh Yosef, agar Maria dapat melahirkan dengan lancar, dan bayi yang akan dilahirkan tidak kedinginan. Jerami. Kain seadanya digunakan untuk menyambut manusia baru yang lahir di malam itu.
Dalam suasana yang serba bingung dan menyedihkan ini, para pemilik ternak datang. Mereka datang berramai-rami karena ada ‘tanda’ dari langit bahwa di tempat peristirahatan ternak mereka, ada kejadian yang tidak wajar.
Berita Kelahiran
Di depan kandang ternak, para pemilik ternak ( gembala ), sejenak tertegun, heran bercampur haru, melihat bayi yang menangis, beralaskan jerami, tanpa selimut. Di dekat bayi itu Maria dan Yosef membersihkan dan mencoba menenangkannya. Selama ini yang disaksikan oleh para gembala adalah kambing, domba atau sapi yang beranak. Malam itu menjadi malam Istimewa, dan tak terduga. Mereka mengurut dada, dan menahan nafas. “Tuhan Kuatkan mereka ini”, batin mereka. Malam itu menjadi malam yang sibuk bagi para ‘gembala’. Masing-masing berupaya agar ibu dari bayi itu segera mendapat pertolongan, dan terjaga kesehatannya. Mereka menngangkut air, mengumpulkan sekadar makanan yang tersisa, mengambil kain seadanya untuk membantu Maria dan Yosef, membersihkan bayi dan menyelimutinya agar terbebas dari rasa dingin.
Untuk sementara waktu mereka yang ada di sekeliling kandang itu bernafas lega. Tangis bayi mulai mereda. Ternak-ternak mulai mencari tempat untuk berbaring kembali. Para gembala duduk berkeliling mencoba memahami apa sebenarnya peristiwa yang baru saja mereka hadapi ini. Beberapa gembala yang pada malam itu masih belum nyenyak tertidur, mengatakan bahwa ‘Para Malaekatlah yang mendatangi mereka’. Mereka percaya bahwa yang lahir ini adalah ‘Sang Penyelamat manusia’ sesuai dengan ramalan para Nabi.
Kabar Gembira
Para Malaekat bermunculan di langit menyambut kelahiran Yesus. Mereka menyanyikan madah pujian kepada Allah Bapa. Menyaksikan itu, para gembala menjadi percaya bahwa, bayi yang baru saja lahir ini bukan manusia biasa, melainkan itu utusan dari surga.
Berita tentang kelahiran bayi di kandang ternak segara menyebar di seluruh wilayah Yehuda. Bahkan sampai ke negara Timur; Babilonia, Persia dan Yaman. Ketiga Raja dari Negara Timur itu menemui Keluarga baru itu di Yudea. Raja Herodes berkepentingan juga untuk menemui Yesus. Raja ini akan membunuh Yesus karena dianggapnya sebagai pesaing yang mengancam kedudukannya sebagai raja. Pesan Herodes kepada Tiga Raja dari Timur, agar singgah di Kerajaan Herodes tidak ditepati. Karena tiga Raja itu mendapat firasat buruk, dan mereka memutuskan untuk kembali ke negara mereka melalui jalan lain.
Fenomena munculnya ‘Bintang baru’ di langit menjadi petunjuk para Raja tersebut, bahwa telah lahir ‘Mesias’. Mereka mengikuti arah Bintang tersebut hingga bertemu Yesus, Maria dan Yosef.
Berita yang menghebohkan ini menjadi pembicaraan semua orang. Tua muda, remaja dan anak-anak. Baik lelaki maupun Perempuan.
Harapan akan masa depan yang lebih cerah mereka perbincangkan.
Refleksi pribadi.
Banyak tokoh terlibat dalam peristiwa Kelahiran Yesus.
Tokoh utama adalah Yesus, Maria dan Yosef. Dan tentu saja para gembala. Para gembala menjadi penyambung lidah, yang menyebarkan berita kelahiran Yesus, setelah mereka didatangi oleh Malaekat Tuhan.
Pengorbanan Yesus, terasa sangat besar, karena Yesus ‘Anak Allah’ yang harus menanggung ganasnya situasi dunia, karena dosa manusia.
Maria dan Yosef harus mengorbankan perasaannya, kesenangan masa muda, karena harus mempersiapkan kedatangan Yesus di dunia. Mereka berdua menerima tawaran Allah, untuk menjadi ‘Ibu’ dan ‘Bapa’ asuh Yesus. Mereka menanggung beban fisik, mental, dan tekanan-tekanan psikologis dari para tetangga, demi terwujudnya kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia.
Para gembala, bersedia mengorbankan istirahatnya, untuk membantu dan menemani Maria dan Yosef dalam masa-masa tersulit. Baik melalui doa dan pekerjaan nyata.
Tiga Raja dengan tanpa ragu mengikuti petunjuk dari langit (‘bintang’), untuk membuktikan bahwa ‘Sang Penyelamat’, dunia telah lahir.
Elisabeth dan Zakaria menjadi bukti lain bahwa ‘Rencana Tuhan’, yang dianggap oleh manusia sebagai hal yang mustahil, tak mungkin terjadi, menjadi nyata. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Peran kita.
Masing-masing dari kita memiliki peran yang berbeda. Kita juga dipanggil, sesuai dengan bakat kita masing – masing, menjadi sarana Allah dalam misi penyelamatan. Penyelamatan antar manusia, penyelamatan lingkungan dan penyelamatan hidup pada umumnya.
Secara garis besar kita dapat belajar dari peristiwa – peristiwa yang dialami oleh para tokoh, yang baru saja kita bicarakan. Misalnya saja, tentang kepekaan, belarasa, penghargaan kepada sesama, keberanian mengambil resiko ( Jadi pastor, suster atau bruder/frater atau hidup berkeluarga ), dengan penuh rasa tanggung jawab, total dengan mengandalkan Rahmat Allah.
Allah telah mencintai kita dengan menghadirkan kita masing-masing di dunia, dengan talenta masing-masing. Tugas kita adalah berani mencintai hidup yang telah dianugerahkan kepada kita. Peduli pada sesama dan lingkungan.
Apa bila kita tidak mampu melakukan sesuatu, karena keadaan, kita dapat dapat berdoa: “Tuhan kuatkanlah mereka, berkatilah mereka”.
Amin.
SELAMAT NATAL.
DAMAI SEJAHTERA SEHAT BAHAGIA.
(Bahan bacaan : Luk3:10-16, Luk 1:39-45, Luk 2:11, Luk 4:19, Mat 28:20)
“nar, 23122024, 20.17
Ptk, Spkt II