TERATAI PINK DAN KATAK KOLAM

LEMBAH DAMAI

LINGKUNGAN

BR. B. SUKASTA, MTB

Teratai Pink dan Katak Kolam.

Br. B. Sukasta, MTB

Teratai pink kemerahan, mekar dari rumpunnya yang berkubang di kolam berlumpur. Air kolam itu sedikit bening. Bunga dengan nama popular ‘Nymphaea Rubra’ atau biasa dipanggil juga ‘Nymphaea Pubescens’ itu berbinar wajahnya. Ia muncul di antara cengkeraman enceng gondok dan rumput air liar. Teratai pink ini masih bersaudara dengan ‘Nymphaea Alba’ atau ‘Teratai Putih yang tinggal persis di kolam sebelah. ‘Si Cantik jelita’ ini tidak takut meskipun ia sendirian. Ia tetap bercahaya walau dikelilingi semak belukar dan ranting-ranting patah yang bertebaran di sekitarnya.

Sejak memutuskan untuk tinggal di tempat itu, rumpun induknya bersahabat dengan semua makhluk yang juga menetap di lembah itu.

Mereka saling menyebut saudara satu dengan yang lainnya. Bahkan Katak kolam atau Kongkang Kolam; yang dipanggil dengan nama keren ‘Chalcorana chalconota’, sering bertandang mengunjungi induk si cantik. Melepas rindu dan lelah. Berbaring di lembar daun bulatnya sambil memandangi langit. Mereka terlihat akrab. Si Kongkang Kolam itu sering berdendang. Memadahkan lagu tentang sampah yang berserakan di parit-parit perumahan penduduk. Pernah suatu kali, demikian isi dendangnya, ia terjebak di tumpukan sampah. Lain waktu membawakan lagu tentang hujan dan banjir yang menggenangi perumahan. Pada kesempatan lain lagi, tentang keluarganya yang ditangkap oleh pembawa obor. Beberapa kerabatnya tak pernah terlihat lagi.

Dalam hening fajar saat sinar matahari mulai memancar; dari arah ‘ Si Jelita’; terjaga, terdengar lirih merdu, madah Puji Syukur: “Syukur pada-Mu pemilik langit dan bumi. Engkau mencipta dan memeliharaku. Mengasihi dan menjagaku. Terima kasih seribu”. Wajahnya menengadah ke langit dan lengan-lengannya terentang ke atas. Katak Kolam seketika meloncat mendekati. Warga Lembah itu; bunga – bunga dan dedaunan di sekitarnya, reranting yang terserak, diam dan hening, mengatupkan mata dan mendongak ke atas. Dengan serentak mengucapkan: “Terpujilah Engkau Sang Maha Kasih, Terima kasih Seribu”. “Engkalah Gembalaku, aku tak akan berkekurangan”, sambungnya pula.

Aku seperti terjaga dari lelap menyaksikan semuanya. Aku tanya pada ‘Si manis pink’ yang lembut tetapi nampak perkasa itu: “Ada apa denganmu ‘Teratai Pink’, hingga warga di sekelilingmu sebahagia ini?”. Beberapa hal aku tanyakan pula; seperti; apakah tidak kesepian tinggal di tempat seperti ini. Kutanyakan pula tentang beban hidup yang dialaminya. Ia mengabaikan semua pertanyaanku. Memandangku sebentar; kemudian menyambangi tetangga-tetangga di sekelilingnya dengan wajah berseri, senyumnya makin mengembang.

Si ‘Katak Kolam’, tersenyum, mengarahkan pandangan dengan ekor matanya ke arahku dan berbisik: “Aku menemukan cara untuk bersyukur”.

“nar”, Pelangipagi.com 12112024”.

Sepakat, Ptk Tgra.