YANG BERASAL DARI LANGIT
AURA BAHAGIA
LINGKUNGAN


YANG BERASAL DARI LANGIT
Br. B. Sukasta, MTB
“Labu legenda” dan “Timun wungkuk”
Di kebunku tumbuh pohon “Labu” dan “Mentimun”. Kedua tumbuhan menjalar itu merambat pada pagar batas kebun. Berdekatan.
Dua bulan yang lalu aku tanam. Beberapa hari setelah aku tanam, kedua tanaman itu berdaun dua. Aku lindungi dengan pagar kecil dari ranting-ranting yang aku tancapkan mengelilingi kedua tanaman itu. Dengan demikian ayam atau burung tidak mengganggunya. Tumbuh bersamaan. Berbunga hampir bersamaan pula.
Sebagian dari bunga-bunga dari masing-masing tanaman merambat itu, menjadi buah.
Kebetulan pula kedua jenis buah itu berdekatan.
Buah labu itu aku namai “labu legenda”. Sedangkan buah mentimun itu aku sebut “timun wungkuk”.
Aku sebut “labu legenda” karena cangkang labu jenis itu terlihat digunakan sebagai tempat minuman sejenis arak, yang dibawa oleh Jackie Chan dalam sebuah film Kungfu, “Drunken Master” yang melegenda itu.
Sedangkan “timun wungkuk” adalah sebutan untuk buah mentimun yang perkembangannya tidak maksimal, karena berbagai faktor.
Dalam masyarakat etnis tertentu ada pepatah yang berbunyi”: “Timun wungkuk jaga imbuh”.
Maksudnya; buah seperti itu, sekedar untuk tambah, apa bila diperlukan. Bukan yang diutamakan. Kalau mentimun lain di bawa ke pasar, mentimun wungkuk tidak disertakan.
Buah mentimun itu menyembunyikan diri di balik daunnya sendiri. Lesu dan tertunduk. Sedangkan buah labu yang persis disampingnya, tumbuh normal. Berkembang maksimal. Bentuknya mengesankan, menawan dan sedap dipandang. Beberapa pengunjung, berdecak kagum, menyaksikannya. Beberapa gadis minta difoto dengan memegang atau menimangnya, “Timun wungkuk” tidak diperhatikan. Lepas dari perhatian. Kalaupun ada yang kebetulan melihat, dilewatinya saja tanpa komentar.
Pada suatu malam saat bulan purnama; buah “labu legenda” itu tiba-tiba berbisik lembut kepada “mentimun wungkuk”: “kawanku cobalah lihat ke langit. Bulan dan bintang-bintang di sana memandangi kita. Langit biru bersama remang cahaya bulan purnama ini, menaungi dan memeluk kita. Yang Kuasa mengirimkan semua ini, untuk kamu dan untukku, untuk kita”.
Mereka berdua kemudian asyik berbincang. Buah-buah lain disekitarnya turut menimpali. Obrolan menjadi hangat. Buah-buah itu berbinar. Gembira. mungkin juga Bahagia. Sesekali mereka bersenandung:”Terima kasih seribu…aku Bahagia, pada Tuhan, ... pada Penciptaku…aku Bahagia…”. Untuk selanjutnya, tidak aku pahami apa yang mereka perbincangkan. Namun aura gembira dan membahagiakan aku rasakan terpancar keluar dari buah-buah itu. Dari balik jendela aku melihat, sesekali mereka tersenyum, beberapa kali aku dengar tertawa bersama. Saling memandang. Sesaat kemudian bersama-sama mereka memandang ke langit.
(“nar, 08012023 s.Selatpanjang, Ptk Utara.17032024. 20.27 Patimura Ptk”)

