DI DERMAGA BIDUK MENUNGGU ( 01 )
PUISI
Bersandar perahu sampan di dermaga
Berdesakan
menengadah menatap semburat fajar
dan awan – awan melayang menuju barat
jingga perpendar-pendar
berbaris – baris ombak – ombak melintas
memeluk tepi – tepi
membisikkan kisah-kisah
…………………………………………………………………
Tentang gunung-gunung yang terluka
bukit-bukit yang terhempas
lembah-lembah melolong
dan sedu - sedan empang, telaga
…………………………………………………
menggigil di sengatan bara lengang
mengucur peluh di dingin yang beku
…………………………..
Biduk – biduk terbungkam hatinya mengerang
Membisu memeluk pilu
Memegang erat pagi tak hendak melepas
Pandangannya sendu
Mencoba menyibak awan
membisikkan senandung keabadian
“kemanakah langit biru ……………………
Gunung-gunung dan bukit-bukit adalah ibu
Gemericik air langit dan hembusan angin adalah ayah”
…………………………………………………………………
Ombak-ombak melepas pelukan
Dan gegas berlalu
meninggalkan dermaga
mengarungi samudra mengejar fajar
agar tak terlambat menjemput hati yang tersandra di awan hitam.
………………………………………………………
Biduk-biduk setia menunggu di dermaga penyeberangan.
“nar. Siantan 15092018, 21.53, 29032019, 9.09”

