TEMBAWANG - BAGIAN 5
CERPEN
“Akan ku hijaukan lembah dan bukit gundul itu, sehingga anak cucuku tahu bahwa aku, bagian tak terpisahkan dari bumi dan nenek datuk yang telah mendahului, memiliki roh yang menghidupkan dan menghidupi”.
Lembah yang melingkari bukit di hadapanku berantakan.
Seluruh wilayah penuh lubang, pasir teronggok dan bebatuan berhamburan mengelilinginya.
Bukitnya menyeringai bagai tengkorak hewan buruan yang kulit dan dagingnya dijarah kawanan Hiena, binatang pemberani dan ganas serupa ajak.
Sisa - sisa pohon, terkelupas, menjulang tak bercabang, kedinginan dalam teriknya matahari siang, kaku dan bisu mirip hantu pocong yang mencari – cari dimanakah pembalut tubuh yang pernah menjadi kebanggaannya.
Orang menebang dan menggali, menyedot, mengikuti hasrat ketamakannya.
Yang berkekurangan berharap dengan pekerjaan itu taraf hidupnya dapat diperbaiki.
Yang memiliki modal tak kuasa menahan nafsu serakahnya.
Semua tanpa kecuali mengais siang atau malam, panas atau hujan, gelap maupun terang, berlomba mengejar angan – angan dan impian liar; kapan dan bagaimana rasanya menjadi orang yang berkelimpahan harta, berkalung dan bersugi emas.
Roh keserakahan itu merasuki jiwa dan pikiran semua orang.
Dari rakyat jelata yang tak memiliki daya sampai kepada penumpuk harta dan pemburu kuasa.
Roh itu membutakan mata fisik dan juga mata hati, bahkan hingga tanah dan bumi yang mereka timang menjadi kerontang dan berantakan, telanjang dan tinggal serpihan tulang, tidak pula mereka sadari.
Siapakah yang peduli?
Thiku, temanku, yang ku kenal ketika masih remaja, membisu.
Menyaksikannya lidahku menjadi kelu.
Tak mampu rasanya aku melakukan sesuatu.
Sahabatku itu bapaknya dukun kampong, kemana-mana membawa kantong butut berisi beberapa batu – batuan, jenis gigi – gigian serta jenis buntat – buntatan; buntat adalah benda yang seharusnya berongga tetapi tidak berongga – misalnya bamboo buntat, buntat asam aram. ( buah mirip salak rasanya asam yang mengeras seperti batu).
Batu, gigi – gigian atau buntat disimpan dalam guci yang berisi minyak kelapa yang ditanak.
Untuk pengobatan, batu atau jenis lainnya itu direndam dalam gelas, air rendamannya diberikan kepada yang meminta pengobatan.
Setiap batu atau kombinasi dari beberapa batu merupakan penangkal penyakit tertentu; demam, masuk angin, sakit gigi, kurap, sakit perut, batuk, atau kejang.
Selain batu – batuan buntat - buntatan , atau gigi - gigian, dalam hutan asli tersedia berbagai jenis tanaman obat yang dapat digunakan secara langsung atau melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Semua orang tahu bahwa lebah madu mengambil sari bunga yang ada di alam untuk memperoleh bahan madu.
Madu asli digunakan untuk menambah daya tahan tubuh; dapat digunakan juga membantu memperlancar proses kelahiran.
“Lebah dan bunga itu bersaudara”, kata seorang pengobat. “Jika engkau disengat lebah, jangan panik”, nasehatnya lagi. “Cari bunga, bunga apa saja, gosokkan pada bekas sengatan lebah itu, sembuh”.
Jenis tanaman lain juga menjadi penawar racun gigitan ular, pengusir nyamuk, bahkan binatang buas seperti buaya atau harimau takut pada sejenis tanaman tertentu.
Hal – hal tersebut sekadar contoh kecil yang dapat ditangkap atau disadari oleh manusia.
Kenyataan itu mau menunjukkan bahwa alam semesta memiliki potensi dan daya – daya tak terkira dan merupakan sumber energi yang tak terbatas bagi kehidupan dan kelangsungan hidup.
BERSAMBUNG . . . Baca Bagian 6