MENYONGSONG MASA TUA YANG MEMBAHAGIAKAN BAGIAN KE 14

KESEHATAN MENTAL KAUM RELIGIUS

ARTIKEL

BR. B. SUKASTA, MTB

7/7/2024

MENYONGSONG MASA TUA YANG MEMBAHAGIAKAN

BAGIAN KE 14

BR. B. SUKASTA, MTB

KESEHATAN MENTAL KAUM RELIGIUS

Bagi kaum religius, telah tersedia sarana, fasilitas dan program-program baik secara kongregasional maupun secara nasional, bahkan internasional. Program-program tersebut terbuka untuk semua kalangan religius, dari berbagai tarekat yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Secara kongregasional, tarekat telah menyediakan kesempatan misalnya saja; rekoleksi bulanan, atau retret tahunan yang diperuntukkan bagi anggota tarekatnya.

Di lingkungan yang lebih kecil seperti komunitas misalnya, fasilitas untuk meningkatkan kesehatan mental juga tersedia. Acara-acara harian, doa bersama, makan bersama, rekreasi, pertemuan komunitas, dan hal-hal lain yang melibatkan kebersamaan, secara tidak langsung merupakan kegiatan yang mampu meningkatkan kesehatan mental.

Di tingkat nasional, ada program yang disebut ‘Sabbatical’. Suatu program yang diperuntukkan bagi kaum biarawan yang tidak muda lagi. Pada kesempatan ini peserta diajak melihat kembali siapa dirinya secara benar. Kekurangan dan kelebihannya. Bagaimana masa tua dapat diisi dengan kegiatan yang mampu meningkatkan hidup rohani di hadapan Tuhan, dan bermakna bagi dirinya dan bagi sesama manusia.

Melihat kembali siapa dirinya secara benar, mampu meningkatkan kesehatan mental seseorang.

Dalam hal kesehatan mental bagi kaum religius, psikolog Dra. B. Arijanti Carolina, M.Psi, menjelaskan bahwa, seseorang harus menjalani hidup secara realistis, sadar bahwa dirinya memiliki kelemahan, sebagaimana orang lain juga mempunyai kekurangan. Diingatkan pula bahwa ada fenomena, dari kalangan tertentu yang mengkultuskan seorang religius; dengan anggapan bahwa, kaum religius adalah orang-orang unggul; seorang pendoa, dekat dengan Tuhan, paham segala kehidupan rohani dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Arijanti Carolina yang merupakan salah satu pendamping program ‘sabbtical’ ini berpesan: “Jangan sampai kaum religius terbuai, atau terlalu menikmati pujian, atau penghormatan yang berlebih dari umat”. “Agar sebagai religius menjadi tidak lupa diri, tidak terjebak pada situasi kesombongan diri, serta menganggap orang lain lebih rendah”, sambungnya. “Jalani hidup apa adanya, hiduplah saat ini dengan kesadaran diri secara penuh”, demikian pintanya.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 15