MENYONGSONG MASA TUA YANG MEMBAHAGIAKAN BAGIAN KE 2
HIDUP SEBAGAI BIARAWAN
ARTIKEL


MENYONGSONG MASA TUA BAHAGIA
BAGIAN 2
Br. B. Sukasta, MTB
HIDUP SEBAGAI BIARAWAN
Sebagai religius aktif, saya menjalankan tugas perutusan yang dipercayakan oleh kongregasi secara serius. Tugas saya sebelum “pensiun”, adalah menjadi pengurus suatu Yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan. Menangani pendidikan formal dan non formal. Sebuah Yayasan yang mengelola sekolah dari jenjang PAUD sampai sekolah menengah atas, serta tempat-tempat pelatihan; LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan). Sebuah Lembaga resmi dan berbadan hukum dengan melibatkan sekian banyak orang. Terletak menyebar di beberapa propinsi. Oleh karenanya pekerjaan tersebut perlu dikelola secara profesional. Dalam kegiatannya, pekerjaan ini harus berhubungan dengan lembaga pemerintah dan Lembaga-lembaga swasta lainnya. Professional karena harus dilaksanakan dengan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan formal. Bertanggung jawab atas perkembangan unit-unit karya, kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga non kependidikan, dan bertanggung jawab pada sarana prasarana yang menyertainya. Seperti kita ketahui bahwa roda pengelolaan sebuah lembaga hanya akan dapat berjalan dengan baik apabila ada tim kerja yang solid, kesehatan raga dan jiwa. Sehat cara berpikirnya. Saya kemukakan hal ini sekadar sebagai refleksi pribadi, mengingat kembali seperti apa kesibukan yang pernah saya alami. Mungkin karena itu pulalah, kesempatan untuk sekadar merenungkan apa tujuan hidup, apa yang mesti dilakukan apabila kelak semua terhenti, menjadi terabaikan. Meditasi dan renungan pribadi menjadi dangkal, karena sekadar memikirkan hal-hal duniawi, berkutat pada hal lahiriah dan tidak menyentuh dasar atau inti hidup sejati. Kalau yang dipikirkan hanya sekadar bagaimana memenejemen sebuah lembaga, bagaimana menyusun dan menyelesaikan rencana strategis dan bagaimana membuat program, bagaimana menyelesaikan konflik-konflik; bukankah hal ini merupakan sesuatu yang semata-mata menyangkut bagian luar dari suatu kehidupan secara menyeluruh. Meskipun dalam pelaksanaannya, sebenarnya saya selalu melibatkan dan berharap pada Rahmat dan pertolongan Yang Maha Kuasa. Mungkin oleh karena itu pulalah saya sempat terkejut dan bingung apa yang mesti saya lakukan setelah masa pensiun datang.
Untuk beberapa saat, rasa kehilangan, rasa kesepian, mudah tersinggung, menyelimuti kehidupan saya. Kesehatan jasmanipun terganggu.
Pernah pula terlintas semasa masih aktif di pekerjaan formal, bagaimana menjalani hidup pada masa pensiun, namun hanya sekedar angan-angan. Misalnya mendalami tulis menulis, mengelola kebun kecil dengan berbagai tanaman obat, atau bagaimana cara mengurus tanaman tabulampot. Pernah juga terlintas untuk mengikuti kursus-kursus secara online untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan , namun terhenti pada cita-cta saja dan tidak terlaksana.