MENYONGSONG MASA TUA YANG MEMBAHAGIAKAN BAGIAN KE 15
PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH
ARTIKEL


MENYONGSONG MASA TUA YANG MEMBAHAGIAKAN
BAGIAN KE 15
BR. B. SUKASTA, MTB
Pembelajaran Yang Diperoleh
Dari hasil perjalanan dan pengalaman hidup seperti saya ceritakan sebelumnya, saya memperoleh pembelajaran, baik dari hal-hal yang sengaja saya lakukan atau dari pekerjaan dan kegiatan yang saya lakukan dengan tanpa saya sadari secara penuh. Beberapa hal positif tersebut adalah:
1. Rasa syukur
Masa tua adalah masa yang patut atau bahkan wajib disyukuri. Betapa tidak, tidak semua manusia dapat sampai kepada masa tua. Masa penuh kenangan, baik yang menggembirakan, membahagiakan ataupun yang mengecewakan. Rasa kecewa, perasaan gagal tidak sepantasnya dijadikan alasan untuk tidak bersyukur. Hanya karena anugerah Tuhan penguasa seisi bumi, kita dapat mencapai usia tua. Jangan sekalipun kita menganggap masa tua adalah sebuah prestasi dari diri kita sendiri. Merayakan masa tua, adalah merayakan anugerah
Tuhan. Sebab Kalau Tuhan berkehendak apapun dapat terjadi pada isi bumi ini.
Bagi Ibu Bapak yang terpanggil untuk hidup berkeluarga, bersyukur atas : Anugerah pasangan hidup yang mencintainya dalam suka dan duka, bersyukur karena anak-anak yang dilahirkannya, bersyukur atas kebahagiaan keluarga. Bersyukur karena kelancaran usaha. Bersyukur pula karena menyaksikan putra-putrinya tumbuh menjadi manusia yang membanggakan, sukses dan mencintai orang tuanya. Dan banyak hal yang patut disyukuri.
Sebagai biarawan saya bersyukur karena Tuhan Maha Pemurah, Maha Rahim dan Maha penyayang, Bersyukur karena Tuhan selalu menyertai saya dalam perjuangan saya menjalani dan menghidupi jalan panggilan ini. Tuhan tidak pernah membiarkan saya berjalan sendirian. Bersyukur pula atas kesehatan yang saya nikmati selama ini. Bersyukur karena tugas-tugas dapat saya jalankan dengan baik.
2. Teladan hidup
Selain bersyukur atas berkat dan Rahmat-Nya, bagi kita yang sudah asin keringatnya, karena dianggapnya telah banyak makan garam ini, juga diharapkan dapat menjadi contoh atau teladan hidup. Minimal dapat menjadi orang yang membahagiakan bagi lingkungan sekitar, atau orang-orang terdekatnya, dalam keluarga ataupun lingkungan komunitasnya. Setelah tua, kemudian rajin beribadah/doa, kata-katanya menyejukkan suasana, kesediaan untuk mau dan mampu menerima adanya, baik dirinya, maupun orang lain. Setidak-tidaknya mampu menjadi teman seperjalanan bagi cucu-cucunya. Sedangkan untuk seorang biarawan, mampu memahami para saudara yang lebih muda. Bukan malah sebaliknya menjadi batu sandungan, karena perkataan, perbuatannya dan tingkah lakunya menyimpang.
3. Mampu mendengarkan.
Dari pengalaman saya bekerja di lembaga formal, banyak masalah-masalah dapat diatasi oleh karena perilaku seseorang, baik sebagai pemimpin salah satu unit karya atau sesama karyawan yang mampu ‘mendengarkan’, bukan sekadar ‘mendengar.
Mendengar merupakan kegiatan pasif, dapat dilakukan sambil lalu.
Berbeda dengan mendengar. Mendengarkan melibatkan perasaan, pikiran dan perlu dilakukan dengan penuh perhatian.
Dengan mendengarkan, seseorang menjadi paham, atau mengerti persoalan-persoalan yang dihadapi lawan bicara. Dengan demikian kita diharapkan dapat bersimpati, kalau memungkinkan dapat menemukan Solusi. Minimal orang yang berbicara dengan kita merasa lega karena telah diperhatikan. Perbuatan kecil, namun bermanfaat, ini dapat pula menghindarkan hal-hal yang tidak kita inginkan, mungkin saja terhindarkan.
Dengan demikian kita masing-masing diharapkan dapat menjadi teman seperjalanan bagi sesama dalam pergulatan hidupnya.
Pada jaman digital ini, tidak sedikit orang, baik anak muda, dewasa maupun orang-orang tua yang menjadi kesepian, serasa hidup sendiri, karena tidak ada yang mau mendengarkan. Kemauan dan keberanian melepaskan gawai pada saat berbicara atau berhadapan dengan orang lain, seperti, cucu, anak dan sebagainya, menjadi sesuatu yang kita perjuangkan bersama.
4. Melakukan kebiasaan-kebiasaan baik
Masa tua yang saat ini kita nikmati ini, rasa bahagia atau rasa-rasa yang lainnya, merupakan hasil kumulasi dari perbuatan - perbuatan yang pernah kita lakukan baik secara sadar atau tanpa kita sadari.
Kebiasaa-kebiasaan positf, yang kita lakukan sejak kecil, pada masa muda, dan menjelang tua, menjadi factor yang mempengaruhi kehidupan pada masa tua. Terbiasa berpikir positif baik pada diri sendiri maupun terhadap orang lain, menjadikan kita bebas dari kondisi rasa dendam, sakit hati. kebiasaan baik lainnya misalnya; gemar membaca atau menulis, tidak lupa berolah raga; meskipun sekadar jalan kaki, mencintai alam ciptaan dengan merawat lingkungan, atau mendengarkan musik klasik. Semua hal baik yang pernah kita lakukan dan terus kita usahakan selama masih dikaruniai kehidupan, mengakibatkan kita dapat menikmati hidup tenang; mudah-mudahan dapat mengalami hidup bahagia, pada masa tua.
5. Terbuka
Terbuka maksud saya tidak berpura-pura. Kita menjalani hidup apa adanya. Melepas topeng-topeng yang memang ada pada setiap manusia. Topeng-topeng itu kita pasang, mungkin saja sebagai cara kita menutupi kekurangan-kekurangan yang kita miliki, agar terlihat wibawa dan lain sebagainya. Dengan topeng, menunjukkan bahwa seseorang sedang hilang kepercayaan dirinya. Dalam istilah psikologi disebut sebagai ‘persona’. Dengan berpura-pura hidup menjadi berat, menjauhkan kita dari bahagia. Pesannya adalah ‘hiduplah apa adanya, saat ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Berani jujur pada diri sendiri, berani membuka topeng-topeng, yang terkadang memang tidak kita sadari, terlebih karena kita sudah terbiasa mempertahankan atau agar terlihat sempurna. Padahal sebenarnya kita tahu bahwa kesempurnaan hanya milik Pencipta. Hal ini mudah diucapkan namun perlu perjuangan serius dan tidak mudah.
6. Bertemu dengan orang lain.
Setiap manusia memerlukan dukungan. Perlu pengakuan. Dukungan semangat, atau pengakuan orang lain kepada diri kita menjadikan hidup penuh semangat. Pertemuan dengan orang menjadi sarana bagi kita untuk memperoleh pengakuan. Kalaupun orang lain tidak mendukung kita, karena berbagai masalah yang sedang dihadapinya, maka kitalah yang berkewajiban untuk menjadi pihak yang meneguhkan.
Bertemu dengan orang lain, biasa dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai hoby yang sama. Sering dilakukan pula oleh mereka untuk sekedar rekreasi bersama, minum teh bersama atau menikmati kuliner, mengunjungi situs-situs bersejarah dan lain sebagainya. Pertemuan – pertemuan itu sangat bermanfaat bagi kesehatan baik fisik maupun mentalnya. Meskipun pertemuan dengan sesama di luar keluarga itu penting, tetapi jangan sampai menjauhkan diri kita dari keluarga. Karena orang-orang dalam keluarga atau komunitas adalah orang yang paling dekat dengan kita. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merekalah yang mengantar kita sampai masa tua. Menemani, merawat, mendukung hidup dan perjuangan kita sejak masa lahir, masa kanak-kanak, masa remaja hingga saat ini.
7. Tekun beribadah.
Masa tua adalah masa berahmat. Mengakui bahwa masa tua sebagai masa yang penuh Rahmat, dibuktikan dengan tidak absennya ibadah pada setiap hari. Mengisi hidupnya dengan bersyukur, baik kepada setiap makhluk ciptaan, mengakui bahwa hanya Allah satu-satunya kekuatan. Tekun beribadah membawa pikiran positif tetap terjaga. Banyak perkara dapat saya lalui karena terlebih dahulu berdoa, pada saat-saat menghadapi perkara baik ringan sampai pada masalah berat dalam tugas dan kehidupan saya. Saya percaya bahwa Tuhan Maha Pengasih selalu menyertai saya.
Meskipun masih banyak hal berharga yang dapat saya temukan selama dalam perjalanan hidup seperti yang saya ceritakan di atas, saya membatasi diri pada ke tujuh perkara itu, yaitu: rasa Syukur, berusaha menjadi teladan, mampu mendengarkan dan berani menjadi teman seperjalanan bagi sesama, tidak berhenti melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dan positif, terbuka dalam arti berani jujur pada diri sendiri dan jangan lupa perbanyak waktu untuk bertemu dengan orang lain, baik orang-orang dalam keluarga sendiri, maupun orang-orang di luar keluarga kita. Dan yang ke tujuh tekun berdoa/beribadah.